BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin
timbul berbagai permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok,
dalam keluarga, lembaga tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih
luas, untuk itu ditentukan adanya bimbingan sebagai suatu usaha pemberian
bantuan yang diberikan kepada individu maupun kelompok.
Dalam usaha memberikan
bantuan diperlukan teknik-teknik khusus, yaitu teknik-teknik bimbingan dan
konseling. Maka dalam makalah ini kami akan membahas tentang teknik-teknik
bimbingan dan konseling yang meliputi:
A.
Jenis-jenis Masalah Individu
B.
Metode Mendapatkan Data untuk Bimbingan
dan Konseling
C.
Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
D.
Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis Masalah Individu
Tujuan
umum bimbingan dan konseling adalah membantu perkembangan kepribadian seoptimal
mungkin. Dalam memberikan bantuan tersebut, konselor harus mempertimbangkan
kemampuan dasar dan bakat-bakat individu, latar belakang keluarga, pendidikan,
status sosial ekonomi, serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungan.
1. Masalah
Pendidikan (Pengajaran atau Belajar)
Individu merasakan kesulitan dalam
menghadapi kegiatan belajar misalnya membagi waktu belajar, mengerjakan
tugas-tugas, lingkungan sekolah, tata tertib sekolah, dan lain sebagainya.
2. Masalah
Pribadi dan Sosial
Masalah-masalah pribadi umumya
bersumber dari dalam pribadi individu yang berhadapan dengan lingkungan
sekitarnya. Misalnya masalah sosial yang dihadapi siswa adalah kesulitan dalam
mencari teman, merasa terasing dengan pekerjaan kelompok, dan kurangnya
motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran.
3. Masalah
Pekerjaan (Karir)
Masalah-masalah ini berhubungan
dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya memilih pekerjaan yang cocok dengan
dirinya, mendapatkan informasi tentang jenis pekerjaan, dan kesulitan untuk
menyesuaikan diri dalam lingkungan pekerjaan.
B.
Metode Mendapatkan Data untuk Bimbingan
dan Konseling
Beberapa
metode yang dapat dipergunakan untuk
memperoleh data dalam merealisasikan bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu suatu cara untuk
mengumpilkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung.
Pengamat langsung mendatangi sasaran-sasaran
pengamatannya,melihat,mendengarkan,serta membuat catatan untuk
dianalisis.
Ditinjau dari segi peranan
obsersver,observasi dibagi menjadi tiga macam.
a. Observasi
yang berpartisispasi(participant observation)
b. Observasi
non partisipasi (non participant)
c. Quasi
partisipasi
Ditinjau
dari segi situasinya observasi dibedakan menjadi tiga macam.
a. Free
situation
b. Manipulated
situation
c. Partially
controlled situation
Setiap
obseravasi yang kita lakukan hasilnya harus segera ditulis karena mencatat
hasil dengan segera merupakan langkah yang sebaik-baiknya dalam observasi.
Selain dengan menggunakan cara pencatatan secara langsung dapat pula pencatatan
yang dilakukan setelah observasi selesai. Kedua cara pencatatan tersebut
mempunyai kelemahan, oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan mencatat hasil observasi pada garis besarnya dengan menggunakan
tanda-tanda atau symbol.
Kelemahan
metode ini adalah :
a. Observasi
tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat.
b. Kelemahan-kelemahan
observer dalam pencatatan.
c. Banyak
kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut
kehidupan peribadi yang sangat rahasia.
d. Oberservasi
sering menjumpai observe yang bertingkah laku baik dan menyenangkan karena tahu
bahwa ia sedang diobservasi.
e. Banyak
gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu, sehingga
dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi tidak dapat dilakukan.
Alat-alat Observasi
a. Anekdot
(Anecdotal Record )
Alat untuk mencatat
gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian, catatan dibuat
segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana
kejadiannya, bukan pendapat pencatat tentang kejadian tersebut.
Keuntungan :
a) Catatan
ini menggambarkan perilaku individu, biasanya dalam berbagai situasi yang
berbeda, sehingga dapat menyumbangkan pemahaman yang lebih besar tentang
kepribadian individu tersebut.
b) Catatan
tentang perilaku yang jelas akan menghasilkan pemahaman yang lebih tepat
mengenai subyek, daripada generalisasi yang tidak jelas, terlalu luas, dan
tidak dilengkapi bukti kuat.
c) Catatan
ini mendorong guru untuk tertarik dan mendapatkan informasi tentang individu.
d) Catatan
ini melengkapi data kuantitatif dan memperkaya penafsiran perilaku.
Kelemahan :
a) Catatan
ini dapat berguna hanya jika penggambaran pengamatannya akurat dan komprehensi.
b) .Catatan
ini bisa menciptakan masalah serius bagi personel sekolah berkaitan dengan
undang-undang yaitu (Undang-Undang dan Privasi Pendidikan Keluarga 1974) yang
diciptakan untuk melindungi hak privasi siswa. Pencatatan data tentang orang
tua atau anak dapat berdampak sangat berbahaya.
c) Beberapa
kejadian yang dialami subyek sehari-hari cenderung menjadi bahan observasi dan
dicatat. Kejadian ini menimbulkan kesan tentang subyek itu diluar proporsi
kepentingannya.
d) Pencatatan
dan penggambaran perilaku yang tidak representative mungkin akan mempengaruhi
perilaku individu yang lain.
e) Catatan
anecdot banyak memakan waktu dalam penulisan dan pemrosesannya. Hal ini jelas
menambah beban konselor, guru, dan petugas sekolah.
2. Catatan
Berkala (Incidental Record)
Pencatatan berkala
walaupun dilakukan berurutan menurut waktu munculnya suatu gejala tetapi tidak
dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu dan terbatas pula pada
jangka waktu yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.
3. Daftar
Chek (Check List )
Penataan data
dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama observer dan jenis
gejala yang diamati.
4. Skala
Penilaian (Rating Scale)
Pencatatan data
dengan alat ini dilakukan seperti chek list. Perbedaannya terletak pada
kategorisasi gejala yang dicatat. Dalam rating scale tidak hanya terdapat nama
objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejal tersebut.
Keuntungan :
Kelebihan skala
pengukuran adalah karena merupakan alat perhitungan observasi dan merupakan
alat yang bagi pengamat dapat digunakan untuk menilai individu yang sama,
dengan demikian akan memperbesar reliabilitas penilaian. Penilaian yang sama
dari beberapa penilai, asalkan mereka memiliki pengetahuan yang sama tentang
individu yang sedang dinilai, biasanya hasilnya lebih baik daripada penilaian
yang hanya dilakukan satu orang.
Kelemahan:
Kesalahan bias personal, efek halo, kecenderungan sentral, dan kesalahan logis. Karena skala penilaian telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun, kekurangan itu cukup dikenal oleh mereka yang merancang dan menggunakannya. Namun, jenis-jenis kesalahan itu bisa saja terjadi dengan berbagai bentuk berdasarkan observasi yang dilakukan.
Kesalahan bias personal, efek halo, kecenderungan sentral, dan kesalahan logis. Karena skala penilaian telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun, kekurangan itu cukup dikenal oleh mereka yang merancang dan menggunakannya. Namun, jenis-jenis kesalahan itu bisa saja terjadi dengan berbagai bentuk berdasarkan observasi yang dilakukan.
5. Peralatan
Mekanis (Mechanical Device)
Pencatatan dengan
alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung, karena sebagian atau
seluruh peristiwa direkam dengan alat elektronik sesuai dengan keperluan.
6. Angket
Tertulis
Alat ini memuat
sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara tertulis
juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang sejumlah
hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang keluarga,
kesehatan jasmani, riwayat pendidikan, pengalaman belajar sekolah dan dirumah,
pergaulan sosial, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan diluar sekolah, hobi
dan mungkin kesukaran yang mungkin dihadapi.
Keunggulan :
Keunggulan :
Dalam waktu singkat
diperoleh banyak keterangan. Pengisiannya dapat dilakukan dikelas, siswa dapat
menjawab sesuai dengan keadaannya tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Kelemahan
a) Siswa
tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena jawaban terbatas pada
hal-hal yang ditanyakan.
b) Siswa
dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya jika dia menghendaki
demikian.
c) Jawaban
hanya mengungkap keadaan siswa pada saat angket diisi.
2. Wawancara
Informasi
Wawancara informasi
merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk memperoleh data dan
informasi dari siswa secara lisan. Proses wawancara dilakukan dengan cara tatap
muka secara langsung dengan siswa. Selama proses wawancara petugas bimbingan
mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan jawaban dari pertanyaan yang
diberikan dan membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya.
Keunggulan :
a. Diperoleh
informasi dalam suasana komunikasi secara langsung, yang memungkinkan siswa
selain memberikan data factual seperti yang ditulis dalan angket, juga
mengungkapkan sikap, pikiran, harapan, dan perasaan.
b. Rumusan
pertanyaan dapat disesuaikan dengan daya tangkap siswa.
c. Dapat
ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitive, seperti suasana keluarga, corak
pergaulan dengan saudara kandung dan teman sebaya, penggunaan bahan narkotika,
pengalaman seksual, dsb.
Interview penting
untuk memperoleh informasi, tidak hanya merngenai item-item yang factual
seperti yang biasa tercakup pada kuesioner pengumpul data-siswa, namun juga
mengenai sikap, ambisi dan hal afektif lain yang menyusun studi kasus ini. Fact-Finding
interview dapat digunakan karena data sebelumnya tidak jelas atau karena
perasaan yang mendasari perlu ditemukan dan dipahami.
Kelemahan :
a. Memakan
banyak waktu bagi petugas bimbingan.
b. Siswa
berprasangka terhadap petugas bimbingan dan memberikan informasi yang tidak
sesuai dengan kenyataan.
c. Petugas
bimbingan mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang
sugestif.
d. pembuatan
catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang berhadapan dengan
petugas kepolisian.
e. Interview
mungkin mengubah informasi mengenai interview mereka sendiri, reaksi mereka,
dan pengalaman mereka.
f. Interview
dapat menjadikan sumber kesalahan. Mereka dapat mencatat informasi karena
“pendengaran yang selektif”. Mungkin mereka hanya gagal mendengarkan pernyataan
interviewee yang bertentangan dengan opini,reaksi, sikap atau ide tentang
situasi mereka sendiri.
3. Otobiografi
Otobiografi
merupakan karangan yang dibuat oleh siswa mengenai riwayat hidupnya sampai pada
saat sekarang. Riwayat hidup itu dapat mencakup keseluruhan hidupnya dimasa
lampau atau hanya beberapa aspek kehidupannya saja.
Keunggulan :
a. Disamping
menceritakan kejadian-kejadian dimasa lalu terungkap pula pikiran dan perasaan
subjektif tentang kejadian tersebut.
b. Menolong
Konselor memahami kehidupan batin siswa dan membantu siswa menyadari garis
besar riwayat perkembangannya sampai sekarang.
Berunsur subjektifitas sehingga siswa menggambarkan dunia ini, dilihat dari sudut pandang sendiri (internal frame of reference).
Berunsur subjektifitas sehingga siswa menggambarkan dunia ini, dilihat dari sudut pandang sendiri (internal frame of reference).
Kelemahan
:
a. Unsur
subjektifitas juga menimbulkan kesulitan bagi interpretasi, karena siswa cenderung
melebihkan-lebihkan kebaikan atau kelemahan sendiri dan menilai peranan orang
lain secara berat sebelah.
b. Memerlukan
waktu yang lama,
4. Sosiometri
Sosiometri merupakan
suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan sosial dalam suatu
kelompok, yang berukuran kecil antara 10-50 orang, data diambil berdasarkan
preferensi pribadi antara anggota kelompok.
Keunggulan :
Mungkin kelebihan
terbesar teknik sosiometri adalah teknik ini memberikan informasi obyektif
mengenai fungsi-fungsi individu dalam kelompoknya, dimana informasi ini tidak
dapat diperoleh dari sumber yang lain.
Kelemahan :
a. Perlu
diketahui bahwa tes sosiometri, tidak memberikan jawaban yang pasti. Tes ini
hanya bisa memberikan indikasi struktur sosial atau petunjuk bagi peneliti
tentang individu pada periode tertentu.
b. Seluruh
teori sosiometri atau postulatnya belum dites dan dikembangkan sampai pada
tingkat yang tak tersangkal kebenarannya.
c. Siswa
cenderung memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling
berhasil dalam melakukan kegiatan (sosiogroup) melainkan atas dasar simpati dan
antipati (psychogroup)
C.
Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Dalam
bimbingan dan konseling ada jenis teknik bimbingan, yaitu
1. Individual Guidance Counseling
(Bimbingan Konseling Individu)
Bimbingan
konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat
layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya.
Dalam
konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati
artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh
klien. Empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien
denagn segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu
keberhasilan konseling.
a. TeknikDirektif
Konseling direktif, yang karena proses dan dinamika
pengentasan masalahnya mirip “ penyembuhan penyakit”, pernah juga disebut “konseling
klinis” (clinical counseling). Pendekatan ini dipelopori oleh E.G. Williamson
dan J.G. Darley yang berasumsi dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri
masalah yang dihadapinya. Karena itu kilen membutuhkan bantuan dari orang yaitu
konselor.
Dengan
demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan
oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh
konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien
untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.
b. TeknikNon-Direktif
Konseling
direktif sering juga disebut “client contered terapi” pendekatan ini diperoleh
oleh Carl Rogers dari universitas Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling
non-direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada
klien. Melalui pendekatan ini klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan,
perasaannya dan pikiran-pikirannya secara bebas.
Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya tidak dapat berkembang. Sehingga untuk mengembangkan dan mengfungsikan kembali kemampuannya itu klien memerlukan bantuan
Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya tidak dapat berkembang. Sehingga untuk mengembangkan dan mengfungsikan kembali kemampuannya itu klien memerlukan bantuan
Bertitik
tolak dari anggapan dan pandangan tersebut, maka dalam konseling inisiatif dan
peranan utama pemecahan masalah diletakkan dipundak klien sendiri. Sedangkan
kewajiban dan peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan
kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada klien itu berkembang secara optimal,
dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat dan permisif. Suasana
seperti itu akan memungkinkan klien mampu memecahkan sendiri masalahnya.
Dalam
suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan” yang mendorong
terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan
terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut. Salah satu prinsip yang
penting dalam konselling non direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai
kematangannya, produktif, merdeka, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Disadari
bahwa setiap pendekatan atau teori diatas mengandung kekuatan dan kelemahan,
namun semuanya telah telah menyambung secara positif kepada dunia bimbingan dan
konseling, baik secara teoritis maupun praktis. Disadari pula bahwa dalam
kenyataan praktek konseling bahwa tidak semua masalah dapat dientaskan secara
baik hanya dengan satu pendekatan atau teori saja. Ada masalah yang lebih cocok
diatasi dengan teknik direktif dan ada pula yang lebih cocok dengan tekniknon-direktif
atau dengan teori khusus tertentu.
Teknik direktif dan tehinik non-direktif merupakan dua pendekatan yang amat berbeda. Masing-masing berdiri dalam dua kutub yang berlawanan, apabila dari kutub yang satu ditarik garis kekutub yang lain maka akan terbentuk garis kontinum, yaitu garis yang memungkinkan gerak pengembangan berbagai modifikasi antara dua arus teori tersebut.(prayitno, 1987).
Dengan perkataan lain bahwa bisa saja sebuah masalah dapat diselesaikan dengan kedua tekniktersebut atau tidaklah dapat ditetapkan bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu tekniksaja. Teknik mana yang cocok digunakan sangat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Sifat masalah yang dihadapi
(misalnya tingkat kesulitan dan kekompleksannya).
2) Kemampuan klien dalam memainkan peranan
dalam proses konseling.
3) Kemampuan konselor sendiri, baik
pengetahuan maupun ketrampilan dalam menggunakan masing-masing teknik.
c. TeknikBehavioralisme
Manusia
merupakan mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh
faktor- faktor dari luar. Manusia memulai kehidupannya dengan mem-berikan
reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku
yang kemudian membentuk kepribadian. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Tingkah
laku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan, melalui
hukum-hukum belajar :
1) Pembiasaan klasik
2) Pembiasaan operan
3) Peniruan
Manusia bukanlah hasil dari dorongan
tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan
memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Manusia
cenderung akan mengambil stimulus yang menyenangkan dan menghin-darkan stimulus
yang tidak menyenangkan. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari
pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diteri-manya. Memahami kepribadian
manusia, mempelajari dan memahami bagaimana terbentuknya suatu tingkah laku.
Karakteistik konseling behavioral :
1) Berfokus pada tingkah laku yang
tampak
2) Cermat dan operasional dalam
merumuskan tujuan konseling
3) Mengembangkan prosedur perlakuan
spesifik
4) Penilaian obyektif terhadap tujuan
konseling
Asumsi tingkah laku bermasalah
1) Tingkah laku bermasalah adalah
tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak
tepat, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan
2) Tingkah laku yang salah hakikatnya
terbentu dari cara belajar atau lingkungan yang salah
3) Manusia bermasalah mempunyai
kecenderungan merespon tingkah laku negatif dari lingkungannya
4) Tingkah laku maladaptif terjadi
karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
Seluruh tingkah laku manusia didapat
dengan cara belajar dan juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip
belajar. Teknik konseling behavioral diarahkan pada penghapusan respon yang
telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang,
dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat
dibentuk
proses konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
proses konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.
Macam-macam teknik behavioralistik:
1) Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).
Teknik ini dimaksudkan untuk mem-bongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan meng-gantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan meng-internalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).
Teknik ini dimaksudkan untuk mem-bongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan meng-gantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan meng-internalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya.
2) Sosial modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru pada klien
Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobser-vasi, dan menyesuaikan dirinya dan meng-internalisasikan norma-norma dalam sis-tem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
2. Group Guidance Counseling (Bimbingan
Konseling Kelompok)
Tekni kini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.
Tekni kini dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.
a. Teknik ini membawa keuntungan pada
diri murid, diantaranya;
menghemat waktu dan tenaga
menghemat waktu dan tenaga
b. menciptakan kesempatan bagi semua
siswa untuk berinteraksi dengan konselor, yang memungkinkan siswa lebih
berkeinginan membicarakan perencaan masa depan atau masalah pribadi-sosial.
c. Menyadarkan siswa bahwa kenyataan
yang sama juga dihadapi oleh teman-temannya, sehingga mereka terdorong untuk
berusaha mengahadapi kenyataan itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
Beberapa bentuk khusus teknik bimbingan kelompok:
a. Home room program
Yaitu
suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal
murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan
ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid
diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan
menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti
dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu
kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan
peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk
berbicara, bertanya dan mengajukan usul.
b. Karyawisata (field trip)
b. Karyawisata (field trip)
Karyawisata
atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode
mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan
kelompok. Denagn berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek
yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu.
Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian
dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa
tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan
cita-cita yang ada.
Dalam
contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan
bakatnya dalam peninjauan keproyek jalan raya. Ia dapat menunjukkan
kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.
c. Diskusi kelompok
Diskusi
kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akan mendapat kesempatan untuk
memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran
masing-masing dalam memecahkan suaru masalah.
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
1) pembagian kerja dalam suatu kegiatan
kelompok
2) perencanaan suatu kegiatan
3) masalah-masalah pekerjaan
4) masalah belajar
5) masalah penggunaan waktu senggang
6) masalah persahabatan, keluarga
d. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang
baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu
untuk berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang lebih
berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan
menyalurkan dorongan-dorongan. Juga dapat menembangkan tanggungjawab. Teknik sosiometri
dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
e. Keorganisasian
Keorganisasian
baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat. Melalui
organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok dapa diseleseikan.
Dalam organisasi murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai
aspek kehidupan sosial. Mengaktipkan murid dalam mengembangkan bakat
kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggungjawab dan harga diri.
f. Sosiodrama
Sosiodrama
dipergunakan sebagai suatu teknikdidalam memecahkan masalah-masalah sosial
dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan
memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah sosial.
Dalam
kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situai masalah yang
dihadapinya. Dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara
pemecahan masalahnya.
g. Psikodrama
ika
sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah sosial, maka psikodrama adalah teknik
untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan
memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam
dirinya dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan
suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psyshis yang
dialami individu. Kemudian murid-murid diminta untuk memainkan dimuka kelas.
Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat
mengurangi ketegangannya.
h. Remedial teaching
Remedial
teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan
seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya.
Remedial ini mungkin berbentuk bermacam-macam seperti penambahan pelajaran,
pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu,
tergantung dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Teknikremedial
ini dilakukan setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan yang dialami murid.
D.
Langkah-langkah
bimbingan konseling
Agar memudahkan Anda
melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, hendaknya perlu diketahui
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memberikan layanan Bimbingan
Konseling pada siswa Anda terutama mereka yang mempunyai masalah.
Adapun langkah-langkah
tersebut meliputi:
1.
Identifikasi Masalah
Pada langkah ini yang
harus diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah
yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa
menujukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui
gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati
dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan
selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal
yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai
gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa.
Sebagai contoh, Beni seorang siswa
yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh
nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena
pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini Beni berubah
menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun mulai menurun. Sebagai guru
Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru untuk mengamati
Beni. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru,
ibu Heni kemudian melakukan evaluai berdasarkan masalah Beni dengan gejala yang
nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Beni
tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Beni menurun, maka
dapat diperkirakan Beni sedang mengalmi masalah ” kurang menguasai materi pelajaran
“. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya yaitu
diagnosis.
2. Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Pada kasus Beni, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Beni sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Beni terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajamya menurun. Dari informasi keluarga didapat keterangan bahwa kedua orang tua Beni telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Beni yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Beni menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Beni sedang mengalami masalah pribadi.
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Pada kasus Beni, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Beni sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Beni terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajamya menurun. Dari informasi keluarga didapat keterangan bahwa kedua orang tua Beni telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Beni yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Beni menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Beni sedang mengalami masalah pribadi.
3.Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan
yang akan diberikan. Selanjutanya melakukan perencanaan mengenai jenis dan
bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu. Seperti rumusan kasus Beni,
maka diperkirakan Beni menghadapi masalah, rendah diri karena orang tua telah
bercerai sehingga merasa kurang mendapat perhatian dari mereka. Dari rumusan
jenis dan bentuk masalah yang sedang dihadapi Beni, maka dibuat alternatif
tindakan bantuan, seperti memberikan konseling individu yang bertujuan untuk
memperbaiki perasaan kurang diperhatikan, dan rendah diri. Dalam hal ini
konselor menawarkan alternatif layanan pada orang tua Beni dan juga Beni
sendiri untuk diberikan konseling. Penawaran tersebut berhubungan dengan
kesediaan individu Beni sebagai orang yang sedang mempunyai masalah (klien).
Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan:
a. pendekatan
yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau kelompok
b. siapa yang
akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu lain yang
lebih ahli
c. kapan bantuan
akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa
diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing,
maka penanganan kasus tersebut perlu dialihkan penyelesainnya kepada orang yang
lebih berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya. Layanan
pemindahtanganan karena masalahnya tidak mampu diselesaikan oleh pembimbing
tersebut dinamakan dengan layanan referal. Pada dasarnya bimbingan merupakan
proses memberikan bantuan kepada pihak siswa agar ia sebagai pribadi memiliki
pemahaman akan diri sendiri dan sekitarnya, yang selanjutnya dapat mengambil
keputusan untuk melangkah maju secara optimal guna menolong diri sendiri dalam
menghadapi dan memecahkan masalah, dan siswa atau individu yang mempunyai masalah
tersebut menetukan alternatif yang sesuai dengan kemampuannya.
4. Pemberian
Bantuan
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan
merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakn masalah
dan latar belakang yang menjadi penyebanya. Langkah pemberian bantuan ini
dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Pada
kasus Beni telah direncanakan pemberian bantuan secara individual. Pada tahap
awal diadakan pendekatan secara pribadi, pembimbing mengajak Beni menceritakan
masalahnya, mungkin pada awalnya Beni akan sangat sulit menceritakan
masalahnya, karena masih memiliki perasaan takut atau tidak percaya terhadap
pembimbing. Dalam hal ini pembimbing dituntut kesabarannya untuk bisa membuka
hati Beni agar mau menceritakan masalahnya, dan menyakinkan kepada Beni bahwa
masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain serta akan dibantu
menyelesaikannya. Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya sekali atau dua
kali pertemuan saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan jadwal
dan sifat pertemuan yang tidak terikat, kapan Beni sebagai individu yang
mempunyai masalah mempunyai waktu untuk menceritakan masalahnya dan bersedia
diberikan bantuan. Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan
transferensi yang positif dimana klien mau memproyeksikan perasaan ketergantungannya
kepada pembimbing (konselor).
5.Evaluasi dan
Tindak Lanjut
Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan
mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan selama proses
pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan
data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti melalui
wawancara, angket, observasi diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dalam kasus Beni,
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara pembimbing dengan Beni
sendiri, pembimbing dengan orang tua Beni, teman dekat atau sahabat Beni, dan
beberapa orang guru. Observasi juga dilakukan terhadap Beni pada jam istirahat,
bagaimana Beni bergaul dengan temannya, bagaimana teman-temannya memperlakukan Beni
dan sebagainya. Sedang observasi yang dilakukan baik oleh pembimbing maupun
guru, yaitu untuk mengetahui aktivitas Beni dalam menerima pelajaran, sikapnya
di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran. Pembimbing juga berkunjung kerumah Beni
guna mengetahui kondisi rumah Beni sekaligus mewawancarai orang tuanya mengenai
sikap Beni di rumah Dari beberapa data yang telah tekumpul, kemudian pembimbing
mengadakan evaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya pemberian bantuan
telah dilaksanakan dan bagaimana hasil dari pemberian bantuan tersebut,
bagaimana ketepatan pelaksanaan yang telah diberikan. Dari evaluasi tersebut
dapat diambil langkah-langkah selanjutnya; apabila pemberian bantuan kurang
berhasil, maka pembimbing dapat merubah tindakan atau mengembangkan bantuan
kedalam bentuk yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
Tujuan umum bimbingan
dan konseling adalah membantu perkembangan kepribadian seoptimal mungkin.
A.
Masalah-masalah yang dihadapi individu:
1. Masalah
Pendidikan (Pengajaran atau Belajar)
2. Masalah
Pribadi dan Sosial
3. Masalah
Pekerjaan (Karir)
B.
Metode Mendapatkan Data untuk Bimbingan
dan Konseling
a.
Observasi
b.
Catatan Berkala (Incidental Record)
c.
Daftar Chek (Check List ).
d.
Skala Penilaian (Rating Scale)
e.
Peralatan Mekanis (Mechanical Device)
f.
Angket Tertulis
g.
Wawancara Informasi
h.
Otobiografi
i.
Sosiometri
C.
Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Dalam
bimbingan dan konseling ada jenis teknik bimbingan, yaitu Individual Guidance
Counseling (Bimbingan Konseling Individu)
a.
TeknikDirektif
b.
TeknikNon-Direktif
c.
TeknikBehavioralisme
D.
Langkah-langkah
bimbingan konseling
a.
Identifikasi Masalah
b.
Diagnosis
c.
Prognosis
d.
Evaluasi dan Tindak Lanjut
DAFTAR PUSTAKA
Hikmawati, Fenti. 2010.Bimbingan Konseling. Rajawali
Pers:Jakarta
Salahudin, Anas.2010.Bimbingan Dan Konseling.Putaka
Setia:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar